Kelompok 6
Aisyah hudaya 09-091
Teori–Teori Belajar Awal
Disetiap waktu,
sains adalah bentuk dari riset-riset yang
dilakukan,
riset merupakan metode efektif yang ditemukan dan sesuai zamannya.
Setiap langkah kemajuan dalam sains bergantung pada
penelitian sebelumnnya,
proses ini tidak bisa dipercepat hanya dengan
menunggu
(Boring, 1930 dalam Gredler learning and instruction)
v Pengkondisian Klasik dan
Koneksionisme
Mempelajari
perilaku memiliki dua pendekatan awal, pertama
pengkodisian klasik dan yang kedua koneksionisme
Asumsi
dasar behaviorisme :
1. Yang
menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan
kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian
2. Perilaku
harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan
respons spesifik)
3. Proses
belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan
kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Behaviorisme
Pengkondisian
refleks dalam eksperimen yang dilakukan Bekheterev dan Pavlov merefleksikan
asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan
refleks yang terasosiasikan dapat diubah.
Teori
Emosi
Watson
mengidentifikasi 3 reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu ; cinta
, marah, dan takut. Watson sepakat dengan Freud bahwa kehidupan emosi dewasa
dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian
ke objek atau kejadian lainnya.
Hukum
Belajar
Thorndike
pada awalnya mengidentifikasi 3 hukum belajar. Pertama, hokum efek (law of effects) menyatakan bahwa suatu
keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus
dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi
tersebut.
Hukum
efek penting karena mengidentifikasi mekanisme baru dalam proses belajar.
Kedua, hokum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan dari
pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar jika diikuti oleh
keadaan yang menyenangkan. Ketiga, hokum kesepian (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang
mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.
v PSIKOLOGI GESTALT (Presepsi dari
Pengalaman)
Penelitian
yang dilakukan oleh Gestalt terhadap persepsi visual menunjukan, pertama persamaan yang banyak dapat
diperkirakan sebagai keseluruhan dan kedua
seringnya individual mentransformasikan input visual yang tidak lengkap
kedalam citra visual yang lebih jelas disebut proses konstruktif
Asumsi
dasar :
1. Bahwa
yang harus dipelajari adalah perilaku “molar” bukan perilaku “molecular”
2. Individu
memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespon
berdasarkan persepsi tersebut.
Faktor-faktor
spesifik dalam pemecahan masalah :
1. Latihan
mentransfer
2. Pendekatan
masalah dan kekuatan fungsional
3. Belenggu
masalah
v Perbandingan Teori Gestalt &
Behaviorisme
Psikologi
behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risenya pada asumsi yang berbeda mengenai
sifat dan belajar dan fokus studinya.
Behaviorisme
mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidnetifikasi stimuli
dan respons sebagai fokus riset. Sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa
seseorang merespons stimuli yang terorganisasi dan perspepsi perorangan adalah
faktor penting untuk memecahkan masalah.
Sumber : Gredler. M. E., 2011. Learning And Instruction: Teori Dan Aplikasi. Tri Wibowo, B.S.
Jakarta : Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar