Jumat, 26 Oktober 2012

Psikologi Belajar (UTS)

kelompok 6
aisyah hudaya 09-091
fatimah lubis  10-050
fitri dian adlina 10-091


Teori Bandura

Konsep yang melibatkan didalam kelas
GAMES

Instruksi

1.      Kelas dibagi menjadi 2 kelompok
2.      Salah satu kawan dari kelompok akan diminta menunjukan intruksi yang kami berikan kepada teman sekelompoknya.
3.      Anggota yang kedua yang telah membaca intruksi diminta membuat gambar dari intuksi tersebut. Setiap  anggota kelompok diberikan waktu 10 detik untuk menginterpretasikan dan 10 detik untuk menggambar
4.      Selanjutnya anggota ketiga diharuskan membuat gambar dari hasil interprestasinya yang dilihat dari anggota yang kedua. Kegiatan ini dilanjutkan sampai satu anggota sebelum anggota terakhir dengan durasi waktu yang sama pada tiap-tiap anggota.
5.      Anggota terakir diminta memperagakan hasil interpretasi gambar yang dia liat dari anggota sebelumnya dan menebak kalimat yang diberikan pada anggota pertama.

Perkiraan waktu
1.      Intruksi 3 menit
2.      Waktu permainan 7 menit

Alat-alat yang di perlukan
1.      kertas HVS
2.      alat tulis
3.      stopwatch
4.      intruksi-intruksi kata
5.      laptop


Pembahasan dari games tersebut dengan teori Bandura

1.      belajar imitatif merupakan behaviouris yang memandang sebagai asosiasi antara tipe stimulus tertentu dan sebuah respon, ini merupakan pembelajaran yang mencontoh atau mengimitasi. Perilaku akan diperkuat untuk respon yang sesuai dengan model. Disini setiap anggota kelompok meniru atau megimitasi model yang diberikan sesuaia dengan intruksi. Dengan stimulus yang diberikan, respon yang dihasilkan bisa sesuai dengan model yang sesuai dengan penjelasan dari Bandura.

2.      Reproduksi motorik mencakup pemilihan dan pengorganisasian respon pada level kognitif. Dimana pada saat individu diberikan stimulus berupa instruksi kata, individu dapat merespon intruksi tersebut dengan kemampuan kognitif dan reproduksi motorik yang berperan dalam pengkodean makna dari intruksi yang diberikan dan dimunculkan dalam bentuk perilaku (memperagakan gerakan sesuai dengan intruksi yang diberikan).

3.      Dalam permainan ini juga akan melibatkan proses atensional dimana perilaku baru tidak akan ada, kecuali keseluruhan anggota memperhatikan dan memahami secara tepat intruksi yang diberikan. Namun juga ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perhatian seseorang. Salah satu yang dapat mempengaruhinya adalah karakteristik model, karakteristik dan nilai fungsional perilaku dan karakteristik dari pengamat tersebut.

Perilaku yang dilakukan oleh model
|
Model diperhatikan oleh pemelajar
|
Perilaku dikodekan dan disimpan oleh pemelajar
     | ( proses kognitif)
Kode simbolik
|
Motivasi pengamat untuk melakukan tindakan
|
Pengamat mampu melakukan tindakan
|
Tindakan

Di permainan yang kami buat ini, kami mengharapkan keterampilan teman-teman dari kelas psikologi belajar dalam memperhatikan dan menginterpretasikan intruksi yang kami berikan.



Selasa, 23 Oktober 2012

Psikologi Belajar (Review Jurnal)

LINK : Pengaruh Variabel-Variabel Kognitif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IPASMA Negeri 3 Makassar


Nama : Aisyah Hudaya
NIM  : 09-091


JUDUL : Pengaruh Variabel-Variabel Kognitif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IPASMA Negeri 3 Makassar
PENULIS : Nurdin
ASAL JURNAL : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2006, 06, 895-914.


 Ringkasan Artikel :

Penelitian ini adalah ex posf facto yang bertujun untuk menyelidiki pengaruh variabel-variabel kognitif (persepsi) tentang matematika, kreativitas belajar matematika, dan gaya kognitif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar,: baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2003-2004, sedangkan sampel penelitian sebanyak 94 siswa (dua kelas) yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah skala persepsi tentang  matematika, skala kreativitas belajar matematika, tes gaya kognitif dan tes hasil belajar marematika. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah: (I) Hasil belajar matematika, persepsi tentang matematika, dan kreativifas belajar matematika siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar secara berturut-turut berada dalam kategori rendah, jelek, dan kurang: (2) Persepsi tentang matematika, kreativitas belajar matematika, dan variabel indikator gaya kognitif secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar, dengan koefisien determinasi (Rv sebesar 0,713; (3) Secara sendiri-sendiri, persepsi tentang matematika, kreativitas belajar matemafika, dan gaya kognirif berpengaruh positif terhadap hasil belajar matemarika siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar.

LATAR BELAKANG
Secara psikologis ada dua macam faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, yaitu faktor kognitif dan faktor afektif. Slameto (1995) mengemukakan bahwa faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah (a) persepsi, (b) perhatian, (c) mendengarkan, (d) ingatan, (e) kesiapan, ( f ) struktur kognitif, (g) inteligensi, (h) kreativitas, dan (i) gaya kognitif, sedangkan faktor-faktor afektif yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah (a) motivasi clan kebutuhan, (b) minat, (c) konsep diri, (d) aspirasi, (e) kecemasan, dan ( f ) sikap. Peranan faktor-faktor kognitif dan afektif tersebut dalam mempengaruhi hasil belajar matematika dapat berbentuk pengaruh sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dapat secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada satu faktor yang mempengaruhi faktor yang lain.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mereduksi factor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika sehingga dapat dimanipulasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMA. Hal ini penting dilakukan mengingat hasil belajar matematika siswa SMA di kota Makassar dewasa ini masih kurang menggembirakan. Hasil penelitian Nurdin dan Darwing (2002) menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas 11 SMU Negeri di Kota Makassar hanya mencapai rata-rata 6,57 dari skor ideal 10 atau berada dalam kualifikasi sedang. Demikian juga hasil penelitian Rahman et al. (2003) yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas 11 SMU Negeri 3 Makassar hanya mencapai skor rata-rata 4,55 dari skor ideal 10 atau berada pada kualifikasi sangat rendah.

Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, penelitian ini hanya membatasi diri pada faktor-faktor kognitif (persepsi tentang matematika, kreativitas belajar matemaitika, dan gaya kognitif) yang secara teoritis diduga memiliki pengaruh yang dominan terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas XI-IPA SMA Negeri 3.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Hal ini berarti bahwa kreativitas belajar matematika secara signifikan berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar setelah memperhitungkan keterlibatan variabel persepsi tentang matematika dan variabel indikator gaya kognitif siswa.

PEMBAHASAN

Dari jurnal diatas hasilnya membuktikan adanya pengaruh positif kreativitas belajar matematika dengan hasil bejar matematika. Jadi, asumsi dasarnya prinsip pembelajaran adalah mendeskripsikan sifat dari sistem memori manusia dan representasi pengetahuan dalam memori yang tujuannya adalah mengembangkan diri seorang pelajar tentang pengetahuan yang ada dan strategi apa yang sesuai yang dapat membuat seorang pelajar dapat memahami dan menguasai informasi dalam banyak hal.
Sesuai dengan komponen utama  pembelajaran yang pertama membuat sebuah intruksi kerangka pembelajaran yang mudah diterima oleh siswa agar siswa dapat membuat sebuah kerangka yang terorganisir sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pembelajaran tersebut. Yang kedu siswa juga membutuhkan fasilitas belajar yang mendukung untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang ia miliki agar dapat memahami dengan lebih mudah. Ketiga, fasilitas pengkodean informasi juga dibutuhkan agar siswa lebih mudah dalam mengingat dalam jangka panjang dan ketika informasi dibutuhkan lagi, informasi dapat diingat dengan mudah . Dan yang keempat, perlunya strategi dalam mengkontruksi makna juga perlu untuk proses mengingat.

Dengan variable-variable kognitif  kita dapat membuat pembelajar lebih mudah sehingga siswa juga dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksud oleh guru. Sehingga proses pembelajaran guru dan siswa dapat berjalan dengan lancar.

referensi : Gredler. M. E., 2011. Learning And Instruction: Teori Dan Aplikasi. Tri Wibowo, B.S. Jakarta : Kencana

Rabu, 10 Oktober 2012

Psikologi Belajar (Tugas Individu)

PEMANFAAT TIGA STIMULUS DENGAN TEORI SKINNER DI DALAM KELAS





Ini adalah hasil kretivitas saya terhapad 3 stimulus yang diberikan dosen ketika pagi ini kuliah Psikologi Belajar. Awalnya saya sangat binggung ketika dibagikan 3 kertas dengan ukuran yang tidak berbeda jauh. Saya mulai memikirkan apa yang baiknya saya gunakan terhapad 3 kertas ini. Tapi saya senang dengan instruksi yang sedikit karena kita bisa berbuat apa saya yang kita suka. Tapi ketika saya diberikan kebebasan saya pasti akan binggung untuk berbuat apa karena terbiasa dengan ketetapan yang sudah ada. Saya mulai memikirkannya apa yang seharusnya saya lakukan sehingga akirnya saya membuat sebuah cerita tentang seorang anak kelas 1 SMA yang namanya disamarkan menjadi X.
X mendapat nilai yang sangat jelek ketika semester satu di kelas 1, X mendapatkan nilai merah untuk dua mata pelajaran. Orang tua X sangat heran dengan prestasi X. karena X bukan anak yang mempunyai IQ yang dibawah rata-rata. Akirnya orangtua X saling berdiskusi tentang hasil nilai ini. Dari hasil diskusi orangtua X, orangtua X berharap anaknya dapat belajar dengan maksimal sehingga mendapat nilai yang baik disemester berikutnya.
Orangtua X akirnya memantau belajar X agar lebih baik dan berjanji pada X akan membelikan x sebuah laptop atau ipad yang diinginkan X jika ia bisa mendapat nilai yang baik disemester depannya ketika kenaikan kelas. Ternyata X menghasilkan perilaku subjektif dengan memproduksi stimus yang baru. Ketika nilai X terbukti naik, orangtua X memberikan X sebuah laptop yang emang diinginkan oleh X.
Ini sama halnya seperti yang dijelaskan dibuku table 4.4 hal 129
Stimulus Diskriminatif
Respons
Konsekuensi
Tipe Konsekuensi
Tipe penguatan
Perintah orangtua X agar X belajar lebih baik
X  belajar dengan baik
X akan mendapatkan laptop atau ipad yang diinginkannya
X harus belajar dengan keras
Positif, karena X ingin mendapatkan laptop atau ipad

Setelah menerima rapot disemeter 2 kenaikan kelas X, ternyata X berhasil menunjukan kalo ia mampu dan berhasil emndapatkan apa yang diinginkannya.

Dari metode belajar hari ini yang berhasil membuat saya membuat cerita tentang X, Skinner punya komponen pembelajaran yang dapat dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas. Pertama, stimuli diskriminatif yang seharusnya langsung direspon siswa. Ketika bu Dina memberikan kami 3 stimulus yang mau tidak mau kami harus gunakan karena waktu yang diberikan hanya 30 menit. Kedua, kontigensi penguatan, di awal penejelasan bu Dina sudah menjelaskan apada kami kalau aka nada hadiah yang akan diberikan apada 3 orang yang membuat karya paling bagus dari 3 stimulus yang diberikan. Ketiga, dinamika ruang kelas, jadi ketika itu ada seorang teman yang bertanya kembali pada Bu Dina dan bu Dina kembali mengingatkan peraturan yang ada yang sudah ditekannkan diawal sebelum kegiatan berlangsung.


Selasa, 09 Oktober 2012

Psikologi Belajar (Tugas Individu)


PENGALAMAN PRIBADI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TEORI
B.F. SKINNER

Pengalaman ini yang saya alami dengan ke-empat saudara kandung saya. Tapi pengalaman ini merupakan hasil dari presepsi saya. Saya adalah anak ke-emapat dari lima bersaudara, kami bukan dari keluarga yang terlalu agamais dan juga tidak menjalankan agama. Singkatnya keluarga saya menjalankan perintah agama yang kami anut dengan semestinya. Tidak berlebihan dan tidak juga meninggalkan ajaran yang seharusnya memang harus kami lakukan.
Keluarga saya beragama islam, dan setiap tahunnya dikalender islam ada bulan ramadhan, dimana setiap umat muslim diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh dibulan ramadhan itu. Puasa juga merupakan rukun islam ke-tiga dari lima rukun islam yang ada. Jadi tentunya kami umat beragama sudah semestinya menjalankannya.
Waktu kami kecil nampaknya kami malas-malasan dalam menjalankan puasa ini, sehingga ayah saya memberikan kami hadiah jika kami dapat berpuasa penuh, hadiahnya adalah apa saja yang kami mau selagi ayah saya mampu pasti akan diwujudkan permintaanya, tapi ketika kami dapat berpuasa sebulan penuh, tanpa sekali pun bolong selama bulan ramadhan. Setelah itu kami emang saling berpacu dan tidak malas-malasan lagi. Bahkan ketika ada yang sakit kami akan saling mengejek karena pasti dia tidak akan dapat hadiah.
Tapi ini bukan hal yang mudah bagi saya karena setiap tahunnya kami harus pulang kampung dan perjalanan pulang kampung itu jalannya berbelok-belok dan saya seringnya menjadi mual dan muntah. Nah, puasa ini juga memiliki beberapa syarat yang menjadikan pahala puasanya menjadi tidak sepmpurna. Sehingga terkadang saya harus tidak sahur dulu dipagi hari. Ibu saya sangat marah dengan perbuatan saya. Jadinya saya harus tetap sahur di subuh hari sebelum perjalanan kami kekampung halaman. Abang, kakak dan adik saya yang tidak suka mual seperti saya tentunya ini bukan hal yang susah bagi mereka. Hanya saya saja yang mengalami mual ini.
Saya mulai berpikir bagaimana saya biasa puasa penuh dan tetap pulang kampong? Ini adalah masalah bagi saya. Karena ketika abang, kakak dan adik saya mendapat hadiah yang mereka inginkan cumin saya saja yang tidak mendapatkan hadiah.
Akirnya ayah saya memberikan kekhususan bagi saya. Perjalana kekampung halaman itu memakan waktu 8-10 jam jadinya saya diberi kopensasi untuk 1 hari saja. Saya pun saya senang tahun pertama saya mendapatkan hadiah, tahun kedua juga, tapi setelah tahun ketiga saya pun mulai puber dan mengalami datang bulan. Akirnya saya tidak ikut kriteria lagi dan saya baru tahu kakak saya ternyata dari tahun pertama saya mendapatkan hadiah. Dia sudah berhenti juga ikut kegiatan dalam mendapatkan hadiah. Kami tidak diizinkan ikut lagi karena ayah saya takut adik saya akan ikut belajar dari kami yang tidak berpuasa tapi kenapa masih dapat hadiah

Dari pengalaman saya diatas saya dapat menghubungkannya dengan teori Skinner yang menjelaskan tentang ada tiga klasifikasi dalam penguatan umum dan dua yang mengenai pengalaman saya
1.      Kategori pertama, Penguatan primer dan skunder (yang dikondisikan)

Penguatan primer adalah penguat yang dalam kondisi tepat  dan meningkatkan frekuensi perilaku dan dapat meningkatan perilaku tanpa latihan.
Saat ayah saya mengatakan dia akan memeberi kami hadiah ketika puasa kami penuh tentu saja itu keadaan yang tepat ketika kami yang masih anak-anak sangat menyukai sebuah hadiah

Penguat sekunder adalalah penguatan melalui asosiasi dengan kejadian yang telah berfungsi sebagai penguat.
Tentu saja ayah saya tahu kami begitu menginginkan berbagai hal diwaktu kecil dan ingin keinginan itu dipenuhi

2.      Kategori ketiga, penguat positif dan negative
Bagaimana penguat berfungsi. Positif menunjukan respron memproduksi stimulus baru terlihat kami saling berpacu untuk menahan hawa nafsu kami agar dapat berpuasa penuh dengan hadiah yang dijanjikan kepada kami  dan negative sebaliknya merupakan penarikan atau terminasi stimulus diskriminatif, sepertinya tidak ada. Karena kami berusaha untuk mengikuti aturan yang di sediakan untuk mendapatkan apa yang kami inginkan dan yang ayah saya inginkan

Skinner (1989b,h. 89) juga menjelaskan asa 4 tahap dalam pembentukan perilaku
1.      Memicu respon yang di harapkan oleh ayah saya karena kami melakukan apa yang diharapkan oleh ayah saya,

2.      Menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku yang mana kami berusaha untuk mewujudkan apa yang ayah saya harapkan sehingga kami juga mendapatkan yang kami inginkan
3.      Menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk atau isyarat, ayah atau mama saya yang mengkontrol perilaku kami. Tentu saja dengan agama yang mengatakan kami selalu diawasi oleh Allah s.w.t jika kami melanggar aturan.
4.      Menjadwalkan penguatan sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan yang natural dapat mempertahankan perilaku. Hadiah-hadiah yang diberikan ayah dahulu membuat kami sekarang tetap menjalankan puasa yang memang diwajibkan oleh agama kami

Psikologi Belajar (Tugas Individu)


TUGAS UNTUK TANGGAL 26 SEPTEMBER 2012
TABEL 1.2 DAN GAMBAR 1.1
 1.  Setiap orang diwajibkan memikirkan dan menuliskan contoh berdasarkan pengalaman masing-masing untuk masing-masing fungsi (tidak boleh ada yang sama).

No
Fungsi
Contoh
1.
Sebagai kerangka riset
(hukum belajar Thorndike)
Ketika itu ada kawan saya yang berulangtahun disebuah mall, sebelum pergi ayah saya mengatakan untuk pulang sebelum magrib. Saya pun mengiyakan apa yang dibilang ayah saya.
Dan ketika mau pulang kerumah saya berjumpa dengan abang saya kami pun bermain sampai sore. Yang akirnya membuat kami pulang dijam magrib. Akirnya ayah saya marah dan melibas kami berdua dari situ kalau ayah saya mengatakan saya untuk pulang saya akan langsung pulang dan kalau ayah saya menelpon saya untuk pulang pasti saya akan menuruti dengan cara apapun.
2.
Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi
(Atribusi Weigner)
Pengalaman saya ini ketika saya dengan teman saya sedang senang-senangnya mewarnai kuku kami dengan gambar-gambar yang lucu. Pertama kali kami membuat, kawan saya menggunakan warna biru dengan garis-garis unik sehingga hasil dari kukunya sangat cantik dan orang pasti ingin bertanya. Saya hanya dengan sebuah gambar baju dengan kancing-kancing lucu. Bulan depannya kami ingin mewarnai kuku kami lagi. Dia sudah menyiapkan gambar yang akan dibuatkan dikukunya sedangkan saya masih binggung dan mencari-cari. Setelah selesai kuku kawan saya. Dia berusaha membuat kukunya menjadi menarik dengan berulang-ulang mengubah gambarnya dan akirnya ia berkata tidak puas dengan gambar domba yang telah jadi. Sedangkan saya sangat senang ketika gambar kartun domo yang ada pada kuku saya.
3.
Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
Dulunya saya mengira disuntik jarum itu suatu yang menyakitkan, bagaimana sebuah benda tajam dapat menembus kulit dan malah membuat kita menjadi sembuh. Tapi ketika saya mendapatkan alergi karena sebuah obat. Dokter jaga rumah sakit menyuruh suster untuk meyuntik saya. Tentu saja saya tidak mau. Tapi setelah dibujuk ayah saya akirnya saya mau. Dan ternyata suntikan jarum tidak lebih sakit dari cubitan mama saya.
4.
Mereorganisasi pengalaman sebelumnya
(Bandura)
Ketika saya masih muda, saya lupa umur saya tapi ketika itu mama saya sedang mencuci beras agar dapat dimasak dan dimakan setelah menjadi nasi.  Saya melihat bagaimana proses pencucian beras dan akirnya dimasukan kereskuker. Ketika saya SMP orangtua saya keduanya tinggal dijakarta. Hanya kami anak-anak yang dimedan, waktu itu hanya saya dan adik saya yang dirumah. Adik saya mengatakan kalau dia lapar. Saya pun memasakan nasi untuknya, saya mengingat-ingat bagaimana mama saya mencuci beras dan melapnya dan memasukannya kereskuker, tapi akirnya nasi yang saya masak menjadi bubur. Setelah kakak saya pulang dia pun mengajari saya bagaimana cara memasak nasi yang benar.
5.
Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa
Waktu masih kecil ketika saya dan saudara-saudara saya melakukan kebaikan apa saja baik besar atau pun kecil mama saya selalu mendukung kami. Mama selalu mengatakan perbuatan baik itu selalu menyenangkan walaupun susah diawal dan perbuatan jahat pasti akan disesali. Dan sekarang ketika saya masih melakukan perbuatan baik dimana saja saya selalu merasakan kesenangan yang terus meningkat ketika perbuatan baik itu dilakukan dan merasaakan penyeselahan ketika berbuat salah.

2. Setelah itu coba lihat Gambar 1.1 tentang Perspektif Psikologis Tentang Faktor-faktor utama dalam Belajar di halaman 33. Silahkan berikan uraian dan penjelasan secara maksimal kaitan dengan contoh yang anda buat pada poin 1 dihubungkan dengan poin 2.

A.    Perspektif  Behavioris

Menurut Thorndike pentingnya konsekuensi perilaku bagi proses belajar karena adanya hubungan antara respon dan situasi. Skinner juga menjelaskan tentang konsekuensi dari perilaku dapat diberikan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Sama seperti pengalaman saya diatas yang menjelaskan kalau saya pulang terlambat saya akan dimarahi atau dihukum. Jadi ketika saya berjanji dengan ayah saya untuk tidak terlambat atau ketika ayah saya menelpon saya akan ketakutan kalo tidak segera pulang.

B.     Perspektif Kognitif

Perspektif Kognitif mempunyai 2 Asumsi dasar. Pertama, system memory mengolah informasi yang aktif dan terorganisir dan yang kedua pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam pembelajaran. Dari asumsi ini dan dari pengalaman saya diatas, dapat dilihat teman saya telah menyusun informasi yang terorganisir tentang baiknya dan bagusnya pelayanan ditoko tempat kami mewarnai kuku dan yang kedua dia sangat menyukai toko itu dan ingin kembali datang lagi. Jadi kawan saya berharap tinggi terhadap pelayanan ditoko itu karena didalam memorynya took yang kami datangi ini ialah took yang bagus, pelayanan baik dan bekerja professional.

C.     Perspektif Interaksionis

Asumsi dasarnya adalah mengabtrasikan rangkaian nformasi dari pengamatan perilaku oranglain dan membuat keputusan tentang perilaku untuk diadoptasi dan diberlakukan.  Dari  pengalaman saya diatas saya mengadoptasi perilaku ibu saya yang saya lihat dulu untuk diberlakukan sekarang karena saya ingin memberikan sesuatu yang dapat dimakan oleh adik saya.

D.    Teori Perkembangan Interaksionis

Piaget menjelaskan tentang asumsi teori perkembangan kognitifnya dengan sumber psikologi ialah dengan cara observasi dan eksperimentasi. Saya yang dulunya sangat takut dengan jarum suntik dan setelah menjalankan sendiri bagaimana rasa disuntik tidak sesakit yang saya kira awalnya.



terima kasih :)

Psikologi Belajar (Tugas Kelompok)

KELEMPOK
Aisyah Hudaya 09-091
Fatima Lubis 10-050
Fitri Dian Adlina 10-090


Review Film "KINKY BOOTS"


Film ini bercerita tentang perlajanan seorang laki-laki yang mewarisi perusahan keluarganya yang mau bangkrut. Perusahaannya ialah perusahaan sepatu yang sangat terkenal dimasanya “Prince Shoes”. Karena banyak persaingan fashion yang muncul, sehingga membuat perusahan Prince Shoes yan terkenal ini  hamper gulung tikar.
 Charlie prince merupakan generasi ke-4 yang memang seharusnya menjalannkan perusahan sepatu tersebut. Tapi sebenarnya Charlie prince tidak terlalu menyukai perusahan sepatu keluarganya tersebut. Tapi ketika ayahnya meninggal Charlie prince mau tidak mau harus melanjutkan bisnis keluarganya. Keadaan  ini sempat membuat Charlie prince putus asa dan memecat beberapa karyawan perusahaan  ketika itu ada seorang karyawan yang memarahi Charlie prince atas perbuatannya yang langsung memecat karyawan dengan seenaknya. Karyawan perempuan itu memberi masukan pada Charlie prince untuk mengeluarkan ide, bukan malahnya memecati karyawan-karyawan yang membutuhkan pekerjaan.
Pada suatu malam Charlie prince ingin menyelamatkan seorang perempuan dan malah akirnya ia yang diselamatkan oleh seorang laki-laki yang berpenampilan perempuan, yang bernama Lola. Lola merupakan pria kulit hitam yang bertransformasi menjadi wanita karena dia lebih nyaman menjadi wanita. Lola bekerja sebagai penyanyi club malam. Club tempat Lola bernyanyi ternyata club transgender.
Pada saat Charlie prince terdiam dengan beban yang ia tanggung ia teringat akan pengalamannya yang melihat sepatu Lola yang rusak-rusak. Akirnya Charlie prince mendapatkan ide untuk membuat sepatu boots untuk laki-laki. Hasil pertama yang dibuat Charlie prince tidak sesuai dengan selera Lola. Lola pun mendangai kantor Charlie prince dan marah-marah. Akirnya Lola mengatakan keingin dia tentang sepatu yang ia inginkan. Lola pun diminta Charlie prince untuk bekerja diperusahaan sepatu Charlie prince sebagai perancang sepatu.  Charlie prince berpendapat bahwa sepatu buatannya itu akan mampu bersaing dan tampil di Fashion show di Milan.
Dalam pembuatan sepatu banyak rintangan yang dihadapi oleh Charlie prince, tunangan yang tidak mendukung, dana yang tidak ada, dan sepatu yang dibuat belum memenuhi criteria yang diinginkan oleh Charlie prince. Akirnya atas  usaha, kerja keras dan kekompakan antara Charlie prince, Lola dan seluruh pegawai perusahaan akhirnya Charlie prince berhasil memproduksi sepatu yang akan ditampilkan di Milan. rencananya yang akan memperagakan sepatu boots buatan Charlie prince adalah Lola dan beberapa teman-teman Lola.
Namun sehari sebelum keberangkatan, Charlie prince melihat bahwa tunangannya berselingkuh dan meninggalkannya. Suasana hati yang buruk dan melihat penampilan Lola memicu suasana yang kurang baik antara Charlie prince dan Lola. Hingga akirnya terjadi pertengkaran. Lola pun menolak untuk tampil di Milan. Namun, Charlie dan beberapa pegawainya tetap pergi ke Milan untuk memperlihatkan hasil-hasil sepatu yang sudah dibuat perusahaannya, namun ia tidak tahu siapa yang akan menjadi model untuk peragaan sepatunya.
Charlie memutuskan ia sendiri yang akan menjadi model sepatu tersebut. namun malangnya Charlie yang tidak biasa menggunakan sepatu berhak tinggi yang membuat ia akhirnya terjatuh dan mempermalukan dirinya sendiri didepan semua penonton. Tiba-tiba suasana menjadi meriah akibat muncul Lola dan beberapa model lainnya dari belakang panggung dengan memakai sepatu Charlie prince dengan menunjukan kebolehan menjadi model.  suasana yang tadinya tegang dan sangat tidak nyaman berubah menjadi meriah dan penuh warna karena penampilan lola dan teman-temannya yang memperagakan sepatu boots berheels tinggi buatan Charlie. 
        Singkat ceritanya, akirnya Charlie prince dapat melanjutkan bisnis keluarganya dan mendapatkan pasangan baru dari karyawannya sendiri yang dapat memotivasi Charlie prince. Perusahan sepatu itu pun berganti nama menjadi “Kinky Boots”. Sepatu yang dihasilkan oleh perusahaan Charlie prince dapat dinikmati oleh orang-orang yang mengalami kesusahan yang di alami oleh Lola dahulu.




Analisa film :
·         Menurut analisis Duncker ada 3 langkah umum proses pemecahan masalah, yaitu :
-          Memahami konflik atau masalah
-          Mengembangkan identifikasi secara jelas atas kesulitan dasar
-          Mengembangkan solusi masalah untuk mengatasi kesulitan dasar
Solusi itu menurut Duncker adalah contoh dari pemikiran produktif dan disebut sebagai solusi dengan nilai fungsional. Berdasarkan film “Kinky Boots” yang dianalisa kelompok, Charlie melakukan tiga langkah umum tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapinya saat memulai menjalankan perusahaan “Prince Shoes” milik keluarganya. 

Dimana pada saat itu, ia kebingungan karena harus menghandle perusahaan itu sendiri demi menyelamatkannya dari kebangkrutan. Kemudian setelah ia bertemu dengan Lola, ia mendapat ide untuk merancang sepatu seperti model sepatu Lola yang sangat modis dan mengajaknya untuk bekerjasama agar sepatu rancangannya tersebut dapat diterima masyarakat dan laku di pasaran. 

Terakhir, ketika ia bertengkar dengan Lola dan tidak ada model yang akan menggunakan design sepatu miliknya, maka ia langsung mengambil keputusan untuk berperan sebagai model yang menggunakan sepatu hasil design nya sendiri meskipun pada akhirnya diketahui oleh masyarakat. Secara teoritisi apa yang dilakukan Charlie sejalan dengan pandangan Gestalt yang berpendapat bahwa individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespons berdasarkan persepsi tersebut.  

Selasa, 02 Oktober 2012

Psikologi Belajar (tugas kelompok)


Kelompok 6
Aisyah hudaya 09-091


Teori–Teori Belajar Awal

Disetiap waktu,
sains adalah bentuk dari riset-riset yang dilakukan,
riset merupakan metode efektif  yang ditemukan dan sesuai zamannya.
Setiap langkah kemajuan dalam sains bergantung pada penelitian sebelumnnya,
proses ini tidak bisa dipercepat hanya dengan menunggu
(Boring, 1930 dalam Gredler learning and instruction)


v Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme
Mempelajari perilaku memiliki dua pendekatan awal, pertama pengkodisian klasik dan yang kedua koneksionisme

Asumsi dasar behaviorisme :
1.     Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian
2.     Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respons spesifik)
3.     Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.

Behaviorisme
Pengkondisian refleks dalam eksperimen yang dilakukan Bekheterev dan Pavlov merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan refleks yang terasosiasikan dapat diubah.

Teori Emosi
Watson mengidentifikasi 3 reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu ; cinta , marah, dan takut. Watson sepakat dengan Freud bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek atau kejadian lainnya.
Hukum Belajar
Thorndike pada awalnya mengidentifikasi 3 hukum belajar. Pertama, hokum efek (law of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut.
Hukum efek penting karena mengidentifikasi mekanisme baru dalam proses belajar. Kedua, hokum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar jika diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Ketiga, hokum kesepian (law of  readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.

v PSIKOLOGI GESTALT (Presepsi dari Pengalaman)
Penelitian yang dilakukan oleh Gestalt terhadap persepsi visual menunjukan, pertama persamaan yang banyak dapat diperkirakan sebagai keseluruhan dan kedua seringnya individual mentransformasikan input visual yang tidak lengkap kedalam citra visual yang lebih jelas disebut proses konstruktif

Asumsi dasar :
1.     Bahwa yang harus dipelajari adalah perilaku “molar” bukan perilaku “molecular”
2.     Individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespon berdasarkan persepsi tersebut.
Faktor-faktor spesifik dalam pemecahan masalah :
1.     Latihan mentransfer
2.     Pendekatan masalah dan kekuatan fungsional
3.     Belenggu masalah

v Perbandingan Teori Gestalt & Behaviorisme
Psikologi behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risenya pada asumsi yang berbeda mengenai sifat dan belajar dan fokus studinya.
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidnetifikasi stimuli dan respons sebagai fokus riset. Sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespons stimuli yang terorganisasi dan perspepsi perorangan adalah faktor penting untuk memecahkan masalah.


Sumber : Gredler. M. E., 2011. Learning And Instruction: Teori Dan Aplikasi. Tri Wibowo, B.S. Jakarta : Kencana