PENGALAMAN PRIBADI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TEORI
B.F. SKINNER
Pengalaman ini yang saya alami dengan ke-empat
saudara kandung saya. Tapi pengalaman ini merupakan hasil dari presepsi saya. Saya
adalah anak ke-emapat dari lima bersaudara, kami bukan dari keluarga yang
terlalu agamais dan juga tidak menjalankan agama. Singkatnya keluarga saya
menjalankan perintah agama yang kami anut dengan semestinya. Tidak berlebihan
dan tidak juga meninggalkan ajaran yang seharusnya memang harus kami lakukan.
Keluarga saya beragama islam, dan setiap tahunnya
dikalender islam ada bulan ramadhan, dimana setiap umat muslim diwajibkan untuk
berpuasa sebulan penuh dibulan ramadhan itu. Puasa juga merupakan rukun islam
ke-tiga dari lima rukun islam yang ada. Jadi tentunya kami umat beragama sudah
semestinya menjalankannya.
Waktu kami kecil nampaknya kami malas-malasan dalam
menjalankan puasa ini, sehingga ayah saya memberikan kami hadiah jika kami
dapat berpuasa penuh, hadiahnya adalah apa saja yang kami mau selagi ayah saya
mampu pasti akan diwujudkan permintaanya, tapi ketika kami dapat berpuasa sebulan
penuh, tanpa sekali pun bolong selama bulan ramadhan. Setelah itu kami emang
saling berpacu dan tidak malas-malasan lagi. Bahkan ketika ada yang sakit kami
akan saling mengejek karena pasti dia tidak akan dapat hadiah.
Tapi ini bukan hal yang mudah bagi saya karena
setiap tahunnya kami harus pulang kampung dan perjalanan pulang kampung itu
jalannya berbelok-belok dan saya seringnya menjadi mual dan muntah. Nah, puasa
ini juga memiliki beberapa syarat yang menjadikan pahala puasanya menjadi tidak
sepmpurna. Sehingga terkadang saya harus tidak sahur dulu dipagi hari. Ibu saya
sangat marah dengan perbuatan saya. Jadinya saya harus tetap sahur di subuh
hari sebelum perjalanan kami kekampung halaman. Abang, kakak dan adik saya yang
tidak suka mual seperti saya tentunya ini bukan hal yang susah bagi mereka. Hanya
saya saja yang mengalami mual ini.
Saya mulai berpikir bagaimana saya biasa puasa penuh
dan tetap pulang kampong? Ini adalah masalah bagi saya. Karena ketika abang,
kakak dan adik saya mendapat hadiah yang mereka inginkan cumin saya saja yang
tidak mendapatkan hadiah.
Akirnya ayah saya memberikan kekhususan bagi saya. Perjalana
kekampung halaman itu memakan waktu 8-10 jam jadinya saya diberi kopensasi
untuk 1 hari saja. Saya pun saya senang tahun pertama saya mendapatkan hadiah,
tahun kedua juga, tapi setelah tahun ketiga saya pun mulai puber dan mengalami datang
bulan. Akirnya saya tidak ikut kriteria lagi dan saya baru tahu kakak saya
ternyata dari tahun pertama saya mendapatkan hadiah. Dia sudah berhenti juga
ikut kegiatan dalam mendapatkan hadiah. Kami tidak diizinkan ikut lagi karena
ayah saya takut adik saya akan ikut belajar dari kami yang tidak berpuasa tapi
kenapa masih dapat hadiah
Dari
pengalaman saya diatas saya dapat menghubungkannya dengan teori Skinner yang
menjelaskan tentang ada tiga klasifikasi dalam penguatan umum dan dua yang
mengenai pengalaman saya
1. Kategori pertama, Penguatan primer dan skunder (yang
dikondisikan)
Penguatan primer adalah penguat yang dalam kondisi
tepat dan meningkatkan frekuensi
perilaku dan dapat meningkatan perilaku tanpa latihan.
Saat ayah saya mengatakan dia akan memeberi kami
hadiah ketika puasa kami penuh tentu saja itu keadaan yang tepat ketika kami
yang masih anak-anak sangat menyukai sebuah hadiah
Penguat sekunder adalalah penguatan melalui asosiasi
dengan kejadian yang telah berfungsi sebagai penguat.
Tentu saja ayah saya tahu kami begitu menginginkan
berbagai hal diwaktu kecil dan ingin keinginan itu dipenuhi
2. Kategori ketiga, penguat positif dan negative
Bagaimana penguat berfungsi. Positif menunjukan
respron memproduksi stimulus baru terlihat kami saling berpacu untuk menahan
hawa nafsu kami agar dapat berpuasa penuh dengan hadiah yang dijanjikan kepada
kami dan negative sebaliknya merupakan
penarikan atau terminasi stimulus diskriminatif, sepertinya tidak ada. Karena kami
berusaha untuk mengikuti aturan yang di sediakan untuk mendapatkan apa yang
kami inginkan dan yang ayah saya inginkan
Skinner (1989b,h. 89) juga menjelaskan asa 4 tahap
dalam pembentukan perilaku
1.
Memicu respon yang
di harapkan oleh ayah saya karena kami melakukan apa yang diharapkan oleh ayah saya,
2.
Menguatkan peningkatan
atau perbaikan yang halus dalam perilaku yang mana kami berusaha untuk
mewujudkan apa yang ayah saya harapkan sehingga kami juga mendapatkan yang kami
inginkan
3.
Menyediakan transfer
kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk atau isyarat, ayah
atau mama saya yang mengkontrol perilaku kami. Tentu saja dengan agama yang
mengatakan kami selalu diawasi oleh Allah s.w.t jika kami melanggar aturan.
4.
Menjadwalkan penguatan
sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan yang
natural dapat mempertahankan perilaku. Hadiah-hadiah yang diberikan ayah dahulu
membuat kami sekarang tetap menjalankan puasa yang memang diwajibkan oleh agama
kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar