Sumber : Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Penelitian Dacey
Pada tahun 1989 Dacey melakukan penelitian di
Inggris terhadap kehidupan keluarga yang berbeda-beda pada keluarga biasa. Dari
penelitian tersebut Dacey menyimpulan karakteristik-karakteristik yang dimiliki
keluarga dalam menghasilkan anak yang kreatif, yaitu:
1. Faktor
genetis VS Lingkungan
2. Aturan
perilaku
3. Tes
Kreativitas sebagai Prediktor Prestasi Kreatif Remaja
4. Masa kritis
5. Humor
6. Ciri-Ciri
Menonjol Lainnya
7. Perumahan
8. Pengakuan
dan Penguatan pada Usia Dini
9. Gaya
Hidup Orang Tua
10. Trauma
11. Dampak
dari Sekolah
12. Bekerja
Keras
13. Dominasi
Lateral
14. Perbedaan
Jenis Kelamin
15. Penilaian
Orang Tua Mengenai Kreativitas Anak
16. Jumlah
Koleksi
Decay juga menyatakan bahwa terdapat hubungan kasual
antara gaya hidup keluarga dan kreativitas. Sama halnya yang terjadi
dilingkungan keluarga saya. Ayah saya adalah seorang dosen dan ibu saya hanya
ibu rumah tangga. Tapi walaupun ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga, dia
tidak suka duduk diam dirumah. Saya sering kali melihat ibu saya berpikir untuk
apa yang akan ia kerjakan besok. Sedangkan ayah saya adalah seorang yang tidak
suka melihat ibu saya pergi kemana-kemana dan menginginkan ibu saya dirumah
saya agar ayah saya tidak susah memikirkan apa yang akan terjadi pada ibu saya.
Dengan adanya kendala dari ayah saya yang merupakan faktor dominan dalam
keluarga itu tidak membuat ibu saya terhalangi dalam melakukan apa yang
diinginkannya. Ibu saya selalu mencari cara agar ayah saya tidak marah dan ibu
saya masih bisa keluar rumah.
Tentunya aturan itu tidak hanya berlaku hanya buat
ibu saya, saya memiliki empat saudara lainnya dan kami melakukan berbagai cara
agar ayah saya tidak marah dan kami bisa melakukan apa yang kami inginkan. Tapi
anehnya kalau kami ingin melakukan sesuatu setidaknya kami harus mendapatkan
izin dari ibu saya. Karena ayah saya pasti tidak akan memberikan izin.
Menurut saya aturan dalam keluarga pasti selalu ada.
Tergantung kita memaknainya dan memanfaatkannya. Selagi kita tidak
mempermalukan orangtua dan tidak merusak diri sendiri tida ada salahnyakan
kalau kita mencoba sesuatu yang baru.
Waktu saya masih SD ayah dan mama saya selalu
mengajak kami pulang kampung ke Sibolga untuk berhari raya. Setelah melakukan
solat ied biasanya besoknya kami langsung menuju sebuah pulau yang dinamakan
pulau Poncan. Pulau Poncan ini sangat asri sekali apalagi mama saya sangat suka
kalau kami datang jam 6 pagi. Disini saya sangat suka menggumpulkan bintang
laut, karena bintang lautnya memiliki rongga-ronga di permukaan seperti
bernapas. Saya mengumpulkan hampir seratus bintang laut untuk dibawa pulang. Tapi
mama saya melarang karena itu terlalu banyak dan hanya akan membunuh mereka di
perjalanan pulang kami. Jadinya mama saya menyarankan kepada saya untuk membawa
1 saya perwakilan dari mereka. Jadinya setiap satu tahun sekali minimal saya
membawa 1 bintang laut.
Dalam keluarga saya kami dalam keluarga terkadang
suka berargumen untuk mengerlurkan pendapat ketika ada masalah. Masalah yang
ada kami memberikan solusi yang akan didebat oleh ayah saya, karena ayah saya orang
eksakta yang berpikiran secara konsep dan tidak ingin berubah dari konsep yang
ada dipikirannya. Untungnya mama saya adalah orang yang bijak karena selalu
menerima masukan dari berbagai pihak dan yang pada akirnya bisa mengoyangkan
pikiran ayah saya. Mama saya juga sekali menanyakan pendapat kami ketika tidak menemukan
solusi pada ayah saya dan membandingkan mana usulan yang bisa dipakai dan
usulan yang dapat membantu usulan yang mama saya inginkan.
Rogers mengemukan tiga kondisi dari pribadi yang
kreatif ialah :
1. Keterbukaan
terhadap pengalaman
Dalam keluarga saya, setelah solat
magrib dan makan malam biasanya kami duduk-duduk semabri mencerikan apa saja
yang kami alami dalam satu harian itu. Siapa yang kami jumpai dan apa saja yang
kami lakukan. kami selalu tertawa, marah kecewa dan kadang menanggis karena
menceritakannya apa saja yang ingin kami sampaikan.
Mungkin hal inilah yang membuat
saja selalu menceritakan apa saja yang ingin saya sampaikan kepada oranglain
didalam konteks yang saya anggap bisa menceritakan berbagai hal. Mama saya
selalu mengatakan pada kami pengalaman itu merupakan hal yang dapat kita petik
hikmahnya. Menurut saya ini sejalan juga dengan teori bandura dalam membentuk
kepribadian seseorang dalam konsep yang saling terhubung person, enviroment, dan behaviour.
Dari pengalama yang kita lihat dan rasakan sendiri kita bisa melihat hal
itu sesuai tidak dengan kepribadian kita dan membuatnya menjadi sepuah
perilaku. Perilaku itulah yang akan membat kita selanjutnya berperilaku
disekolah dan lingkungan masyarakat.
Disekolah sendiri karena mama saya
selalu memasukan saya ke sekolah islam. Setidaknya saya mengerti lebih banyak
tentang agama dibandingkan abang saya yang selalu sekolah negri. Masyaraknya waktu
saya tinggal dimana saya bahkan juga mendukung karena para tetangga selalu
mengajak saya ikut dalam kegiata mengaji. Ntah itu dimadrasyah ataupun di rumah
ibu pengajian.
2. Kemampuan
untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
Dalam menilai situasi saya
menggunakan patokan oranglain dengan membuat patokan saya sendiri. Apapun yang
dipatok orang dalam kehidupannya saya juga memiliki patokan dalam hidup saya. Menurut
saya patokan saya hanya bisa berubah dalam keluarga dan jika terdesak dalam
lingkungan masyarakat.
3. Kemampuan
untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Kemampuan ini hanya akan terlihat
ketika saya mau ataupun dipaksa dalam berbagai situasi. Hal ini jarang saya
lakukan dengan inisiatif saya sendiri kecuali saya sangat tertarik dengan hal
tersebut. Yang sedang saya minati sekarang adalah skincare untuk membuat muka
kita terlihat lebih baik. Sebelum mencobanya saya juga membaca reiew tentang hal
tersebut apakan sesuai dengan wajah saya atau tidak. Jika tidak terkadang saya
mencari bentuk lainnya dan memcocokan kewajah saya.
Dari penjelsan diatas sebenarnya daoat disimpulakan
dengan teori Persimpangan Kreativitas (Creativity
Intersection). Dalam mewujudkan kreativitas seorang anak sangat diperlukan
dukungan dari berbagai pihak ntuk meatih anak dalam keterampilan tetrtentu
sesuai dengan minat pribadinya dan dierikan kesempatan untuk mengembangkan
bakat dan kreatifitas seorang anak. Namun, itu tidak akan cukup ketika motivasi
intrinsik dari dalam diri seorang anak tidak ada, minat anak harus dulu ditumbuhkan
dari dalam dirinya atas kemaunya sendiri atau keinginanya sendiri.
Keberhasilan kreatif itu sendiri merupakan
persimpangan (intersection) antara:
·
Domain skills (keterampilan anak dalam bidang tertentu)
·
Creative thinking and working skills
· intrinsic
motivation.
Kreativitas akan terbentuk dengan jelas jika sudah
mengambungkan konsep dari ketiga ini.
Dalam diri saya ini terlihat ketika saya sangat suka
membaca sebuah novel. Saya bisa tidak tidur dalam beberapa hari jika saya
benar-benar menyukai novel tersebut. Hal ini membuat saya lebih cepat membaca
dibandingkan kawan saya ketika saya SD dulu. Dan efeknya yang terlebih saya
jelas bagi saya sekarang ketika teman saya menanyakan tentang kata-kata aneh
dan rumit saya dapat dengan mudah mengetahui makna dari kata dan kalimat tersebut.